Sudah
lama banget ga post di sini. Padahal ada banyak hal yang ingin saya share
dengan semuanya 😊
Jika
di post sebelumnya saya sudah share tentang teori hypnobirthing, maka sekarang
saya mau share pengalaman saya sendiri 😉
Ketika
memasuki usia kehamilan ke-7 bulan, saya mulai intens check up dan mengikuti
kelas hypnobirthing di RB Ngesti Widodo. Tetapi utk USG saya hanya 1x selama
hamil karena saya terngiang dengan suatu artikel yang mengatakan kalau USG itu
bagi si janin seperti kita berada di pabrik pada waktu jam kerja. Bisiiiiing
sekali. Itu utk USG yg 3D biasa. Bayangkan jika kita USG 4G. Tingkat
kebisingannya tentu saja semakin tinggi. Itulah alasan kenapa dokter dan bidan
saya selalu menyarankan utk tidak terlalu sering USG jika kondisi janin normal
dan sehat..
Waktu
itu sebelum saya ikut kelas hypnobirthing, saya check up di Dokter Edy (RB Ngesti
Widodo). Alhamdulillah semuanya normal dan bagus tetapi posisi janin kepala
masih di atas. Saya disarankan sering sujud.
Kemudian
ada kelas hypnobirthing (karena kelas ini direkomendasikan untuk usia kehamilan
minimal 7 bulan, walaupun sebelum usia itu juga boleh-boleh aja). Kelas
hypnobirthing ini dipimpin oleh Bu Naning yang memang sudah hafal sejarah
kesehatan kehamilanku (dimana hamil kayak ga hamil. Makan apa saja masuk.
Muntah cuma sekali karena belum tahu kalo hamil dan minum soft drink di resto
fastfood 😞). Di kelas ini diajarkan semua teori, seperti:
- Mengatur aura tubuh agar senantiasa berwarna hijau (adem), tidak "panasan"/ emosian. Karena emosi dan aura si Ibu akan berpengaruh pada sifat si kecil. Selain itu, ketika kita "adem", masa kehamilan juga lebih mudah dan nyaman.
- Diajarin bagaimana caranya pijat untuk mengeluarkan endorphine untuk meminimalisir rasa nyeri dan sakit. Pijat ini dilakukan oleh suami. Enaaaaak bangettt 😍
- Diajarin cara pijat (aduh lupa namanya). Pokoknya fungsinya untuk menghindari robekan.
- Diajarin gerakan pelvic rocking untuk meminimalisir nyeri dan mempercepat pembukaan ketika mulai kontraksi menjelang kelahiran.
- Cara mengejan yang benar.
- Cara pernafasan perut ketika terjadi kontraksi.
- Diajarin cara komunikasi dengan janin.
- Dan berbagai macam teori dan praktek selama mempersiapkan dan selama kelahiran.
Nah
pengalaman saya pribadi sempat bikin keluarga dan teman-teman wondering.
Hehehee. Soalnya pas saya masuk 8 bulan posisi janin masih menghadap ke atas.
Saya juga mulai mendengar gosip bahwa wanita yang minus lebih dari 3 tidak bisa
melahirkan normal. Tapi mengenai hal ini saya diyakinkan oleh Bidan saya kalau
itu tidak benar. Jika kita rileks dan mengejannya benar, maka resiko retina
pecah tidak akan terjadi dan bisa melahirkan dengan normal. Intinya, yakinkan
diri kita! Kita pasti bisa melahirkan normal!
Nah
masalah berikutnya yang dikhawatirkan Bidan saya adalah tinggi badan saya yang
cuma 150 cm dan dikhawatirkan panggul kecil sehingga kemungkinan melahirkan
normal agak kecil. Bu Naning akhirnya menjadwalkan pertemuan saya dengan Dokter
Edi 2 hari berikutnya untuk mencari second opinion. Jujur saya pun mulai
berkurang kepedean saya. Saya akhirnya banyakin berdo'a, sujud, jalan-jalan,
dan berkomunikasi dengan janin saya. Saya selalu bilang si adek untuk bantu
Bunda melahirkan dengan cepat, normal dan nyaman. Saya ulang-ulang terus setiap
saya senggang.
Hari
H ketika harusnya saya ketemu dengan Dokter Edy justru jadi hari kelahiran
jagoan saya 😍
Satu
hari sebelumnya saya mulai kerasa sebentar lagi sepertinya si jagoan lahir.
Saya sering-sering
sujud, pelvic rocking dan jalan-jalan di sekitar rumah. Suami pun siap siaga
memijat dengan pijatan endorphine di punggung bagian bawah.
Siang hari, saya bilang suami “Kalau ga nanti malam
mungkin besok lahir, Mas”
Saya dan suami pun nyiap-nyiapin apa saja yang akan saya
bawa ke Rumah Bersalin.
Masuk malam hari, kontraksi semakin intens dan suami siap
nyuapin saya yang mulai malas makan serta mijitin. Jam 7 malam saya sudah
tidur, bangun cuma pas kontraksi. Jam 00.00 saya bangun lagi dan ngecek apa
sudah keluar lendir atau belum, ternyata belum dan saya tidur lagi.
Jam 03.30 saya bangunkan suami karena sudah keluar
lendir. Suami langsung panggil taksi dan kami meluncur ke Rumah Bersalin Ngesti
Widodo yang jaraknya 30 menit dari rumah kami.
Sampai Rumah Bersalin diperiksa dan katanya sudah bukaan
4. Saya tiduran miring kiri sambil dipijit endophine oleh perawat sana. Dan saya
pun tidur. Serius, rasanya nyaman banget di sana diputerin lagu instrumental
dan aromateraphy. Bangun cuma tiap kontraksi dan ambil nafas perut. Suami ijin
boleh engga dia pulang sebentar, saya bilang boleh karena saya mau tidur dulu. Kemungkinan
siang baru lahir.
Ternyata eh ternyata pas jam 7.45 WIB saya dibangunin Bu
Naning dan dikasih tahu kalau sudah saatnya lahiran. Bu Naning pun tersenyum
bahagia lihat saya tidur pulas “Wah rileks sekali ya, Ibu” katanya sumringah.
Begitu saya siap dengan posisi melahirkan, tinggal nunggu
kontraksi dan akhirnya 3 kali mengejan langsung lahir. Alhamdulillah.
Waktu itu suami masih belum sampai Rumah Bersalin jadi
saya lahiran sendirian bersama perawat dan Bu Naning. Ga ada 5 menit lahir
suami saya datang dan kaget kok cepet banget. Hehee, pas IMD dan saya dijahit
pun sempat-sempatnya saya, suami dan Bu Naning guyon “Bu, gimana ini Bu, saya
sudah ditodong bikin anak 4 nih, Bu” kata suami. ^_^
Dan ini dia jagoan saya.
Dan ini dia jagoan saya.
Haidar Shaqueel Kencana
BB: 3,1 kg dan PB: 49 cm.
Shaqueel 1 bulan
Shaqueel sama Bunda
Shaqueel sama Ayah
Mupeng bs nglairin ky njenengan mbak....
ReplyDeleteSmoga saya jg bs😊
Aamiin
Halo, Mba Fitria.. Maaf banget baru sempat buka blog. Aaaamin,,, Insya Allah setiap perempuan bisa lahiran dgn nyaman dan aman.
DeleteGimana lahirannya? Semoga bahagia selalu yaaa, Mbaaa..
Masyaa Allah... 😍
ReplyDeleteSaya tiap ingat juga terharu, Mba. Bahkan sampai sekarang :)
DeleteMbak, kelas hypno birthing nya itu privat atau dgn banyak ibu2 lain? makasih..
ReplyDeleteBareng dengan Ibu- Ibu/ pasangan yang lain, Mba. Tapi klo mau private juga bisa :)
Delete