20 April 2017

Ciptakan Hunian Sekaligus Rumah Produksi Tanpa Merusak Furniture

Di masyarakat umum, seringkali kita mendapati banyak anggapan jika rumah hunian dijadikan tempat usaha atau tempat produksi maka rumah akan cepat rusak dan kotor. Para pemilik rumah kontrakan pun enggan untuk menyewakan rumahnya jika si penyewa akan menggunakannya untuk membuka usaha, baik untuk membuka kios maupun untuk tempat produksi (seperti usaha catering, dan lain sebagainya).
Ketika pertama kali saya dan suami memutuskan untuk resign dari kantor dan memulai usaha makanan, hal pertama yang saya pikirkan adalah “Bagaimana caranya agar rumah tetap nyaman bagi batita dan aman untuk furniture yang kami miliki”. Sebagai keluarga muda, tentu kami dianggap belum pintar dalam mengatur rumah sendiri. Tetapi tekad sudah bulat. Kini, rumah kami telah sah menjadi rumah produksi. Setiap pagi sampai siang kami memproduksi produk makanan di dalam rumah.

Untuk menjaga kepercayaan keluarga bahwa kami bisa merawat rumah dan furniture walaupun digunakan sebagai rumah produksi, kami melakukan beberapa trik:
  1. Penataan ruang yang lapang. Ruang tamu kami menjadi satu dengan ruang makan, ukuran ruang ini 5 x 6 meter. Kami sengaja tidak menyekatnya agar ruangan terkesan lapang sekaligus bisa kami manfaatkan sebagai tempat produksi makanan. Furniture yang kami pilih berbahan kayu dengan desain ukiran minimalis. Kursi tamu berbahan kayu dan berbentuk dipan panjang, kami letakkan di ujung ruangan dan menempel ke dinding di dua sisi agar terlihat lapang dan tidak memakan ruang.
  2. Pintu dan jendela dibuat lebar dan panjang. Kami memasang tralis besi di seluruh pintu dan jendela. Selain untuk menciptakan rasa aman ketika pintu utama dibuka, kami juga merasa tenang karena anak kami terlindungi.
  3. Kami sengaja tidak menempatkan aneka pernak- pernik berukuran kecil. Karena selain tidak efisien untuk rumah produksi, juga tidak aman karena kami mempunyai batita. Untuk hiasan, kami hanya memasang pigura kaligrafi di atas ruangan TV dan di depan tangga di lantai atas.
  4. Atap rumah/ plafon dibuat tinggi agar sirkulasi udara semakin bagus dan di dalam rumah terasa sejuk. Kami juga memasang exhaust untuk menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar terus mengalir.
  5. Kami hanya memilih perabotan yang fungsional. Bukan hanya melihat dari sisi dekoratifnya saja. Contoh, meja ukiran untuk ruang tamu juga mempunyai laci kecil di bawahnya sehingga bisa kami manfaatkan untuk menyimpan kertas, nota dan koran.

Mungkin banyak yang bertanya- tanya mengapa kami tidak melakukan proses produksi di dapur.  Dapur kami berukuran kecil (3 x 3 meter), jadi saya hanya beraktivitas di dapur untuk memasak bahan saja, selebihnya dikerjakan di ruang tamu bersama karyawan.
Untuk perawatan harian, yang kami lakukan antara lain:
  1. Perawatan furniture kayu selalu kami lakukan dengan membersihkannya menggunakan kain lembut dan cairan pemoles/ pembersih kayu.
  2. Perkakas produksi yang berbahan kayu dan bambu kami jemur dan angin-anginkan di teras setelah dicuci.
  3. Dinding dapur dan kompor kami bersihkan menggunakan cairan pembersih.


Setelah proses produksi selesai, rumah kami juga kembali bersih dan rapi. Tidak ada furniture kayu yang menjadi “korban” kegiatan produksi di dalam rumah. Ketika kedatangan relasi maupun keluarga pun kami siap menyambut dengan hangat dan percaya diri.

1 comment: