Afirmasi positif sudah pasti. Ikhtiar sudah tentu. Tapi tiap kehamilan pasti bawa tantangan tersendiri.
Masuk trimester kedua, janin sudah mulai kuat. Nafsu makan meningkat. Aktivitas juga semakin padat. Saya yakin janin saya lahiran normal, cepat, dan nyaman.
Dukungan penuh dari Suami dan anak pertama selalu jadi pengingat. Bahkan anak sulung selalu cerewet nyuruh saya senam setiap mau tidur, seperti yang diajarkan Bu Naning. Dia sampai hafal gerakan-gerakannya. Hahaa, dia bilang "Bunda harus senam terus biar dedek bayi sehat dan lahirnya cepet".
Masuk trimester ketiga, saya merasa makin lentur. Pegel-pegel sudah pasti. Tapi jika disuruh jalan muterin lapangan, rasanya saya sanggup-sanggup saja.
Desember 2018.
HPL saya secara manual dan komputer beda, yaitu akhir Desember (komputer) dan awal Januari (manual). Saya Masih santai saja. Segala aktivitas ngajar ke Semarang bawah Masih bolak-balik saya jalani. Karena happy. Ah, paling nanti lahirnya deket sama Hari ulang tahun Ayahnya (20 Desember), pikir saya.
Rabu, 5 Desember 2018.
Anak pertama ada outing class di Cimory dan ortu/ wali diharapkan mendampingi. Saya datang dan ikut naik-turun tangga keliling Cimory. Enteng saja, karena saya memang suka jalan. Yang takut justru Ibu2 walimurid dan Guru2nya. Bahkan Ada Yang bilang "Mama,, ini nanti sampe rumah, malamnya bisa langsung lahiran lho. Hati-hati... Hati-hatiiiii... Udah, duduk aja di atas (cafe),, Ga usah ikut jalan". Saya ketawa.
Kamis, 6 Desember 2018.
Sekolah anak saya libur, Karena Ibu Guru mendampingi anak kelas B outing class. Gantian dengan kelas A. Suami saya iri. Dia ijin ga ngantor. Ngajak kami main ke Solo. Berangkat naik Kereta Api, pulang naik bis. "Ayo" saya bilang. Di antara terminal Tirtonadi dan stasiun Balapan ada sky bridge (jembatan penghubung), yang panjangnya 653 meter. Dan, Karena Kita memang keluarga hobi muter2, cari ini lah, itu lah; akhirnya bolak-balik lewat skybridge 3 Kali. Jalan kaki. Bisa ditotal dong ya itu jadi berapa? Walaupun lap terakhir saya dan anak sulung naik troli dan didorong Suami. Empot-empotan juga ternyata. Hahaa,
Jum'at, 7 Desember 2018.
Sabtu, 8 Desember 2018.
Subuh, saya merasa senut-senut di bagian miss V. Dan keluar lendir sedikit. Saya bilang Suami nanti setelah jemput anak sulung Kita langsung ke klinik Ngesti Widodo. Jadwal ngajar di Semarang bawah hari itu saya cancel. Jam 10.30 setiba di klinik, bidan jaga bilang kalau saya sudah bukaan 1. Mau dirawat di klinik atau pulang dulu? Tanyanya. Saya pilih pulang. Saya ingat pesan Bu Naning "kalau masih bukaan 1, lakukan apa yang Ibu sukai. Suka nge-mall? Silahkan nge-mall. Suka nyalon? Silahkan nyalon. Pokoknya bikin diri sendiri happy dan nyaman." Baiklah, saya mau nonton film di rumah. Tapi pulang dari klinik kita masih ada urusan dengan klien Suami di Jatingaleh, setelah itu baru pulang. Istirahat.
Minggu, 9 Desember 2018
Setelah Maghrib, saya nonton Johny English Reborn di rumah. Sambil ngitung kontraksi. Tiap kontraksi, saya catat. Tiap adegan lucu, terpaksa tahan tawa karena perut tak terima. Lagi-lagi, anak sulung saya yang siaga elus-elus punggung saya tiap kontraksi muncul. Ilmu dari Bu Naning ternyata dia ingat betul. Sampai terharu saya tuh.
Tengah Malam, kontraksi makin intens, tapi belum 5 menit sekali. Jam 3 dini Hari, saya bangunkan Suami "Pesan taksi sekarang, Mas".
Jam 4.55 WIB, si baby lahir. BB-nya kecil: 2,59 kg dan 51 cm. Dia berhasil lahir lewat nafas perut, tanpa mengejan. Anak hebat.
Dan seperti biasa, setiap lahiran hanya bersama Suami. Kali ini plus anak sulung yang lembut hatinya. Alhamdulillah,, terima kasih, ya Allah...