Emosi sudah di ubun-ubun. Mereka tak bisa dibiarkan. Selepas Maghrib, saya dan Suami berangkat ke Polsek Banyumanik. Kami disambut baik. Oleh beberapa polisi senior. Kami cerita dari awal sampai kejadian tandon air.
Awalnya mereka kira kami ingin memenjarakan si A. Atas tuduan pencurian dan perbuatan tidak menyenangkan. Tidak. Kami cuma ingin mereka jera. Pun kasus pencurian tak bisa ditindak lanjuti jika barang yang dicuri bernilai kurang dari Rp 2 juta. Mereka paham. Menjanjikan besok akan ada petugas yang datang. Ke rumah saya dan rumah si A. Akhirnya kami pulang. Tenang. Walau masih sedikit emosi.
Keesokannya, ada telpon. Mengaku petugas dari Polsek. Menanyakan apakah saya di rumah. Saya iyakan. Dan saya persilahkan. Akhirnya datang. Satu orang. Melihat kondisi tandon. Dan menanyakan apakah daging tersebut masih saya simpan.
"Saya buang, Pak. Tadinya saya foto juga tapi tiap liat fotonya langsung mau muntah karena masih terbayang baunya. Jadi saya hapus juga. Jika butuh saksi, saya ada. Karyawan saya."
Beliau menganalisa. Kemudian memanggil tetangga saya si tentara. Mereka berdua diskusi. Dan si tentara kaget.
"Ini sih sudah parah. Soalnya air kan kebutuhan pokok. Memang tidak bisa didiamkan. Harus ada tindakan."
Tandon Air |
Mereka meninggalkan nomor telpon. Agar mudah kami hubungi. Kemudian mereka pamit. Mau langsung ke rumah si A. Memberi peringatan.
====
Keesokannya, ada telpon. Dari Binmas. Bertanya apa saya di rumah. Saya mengiyakan dan mempersilahkan beliau datang. Seperti Polisi pertama, Polisi kedua ini juga bertanya tentang kronologis. Polisi pertama dari divisi kriminal. Yang kedua dari Binmas (Pembinaan Masyarakat). Setelah bercerita dan membahas solusi dan pencegahan, beliau pamit. Langsung ke rumah si A. Memberi peringatan. Kami berterima kasih.
Dua hari sejak Polisi datang, si A tak pernah keluar rumah. Hari ke-3 Binmas kembali datang.
"Kalau saya sering lewat sini pasti dia takut sendiri." Beliau beri kami cctv bekas. Untuk menakut-nakuti katanya. Hahaa,
===
Rumor has it!
Kabar tentang tandon air dan Polisi yang datang menyebar. Semua warga mendengar kabar. Dan mulai banyak yang bercerita. Mereka girang bukan kepalang. Akhirnya ada yang berani melaporkan.
"Dari dulu itu kelakuan mereka kayak gitu, Nduk. Ayam, anjing, burung diambil. Pepaya, gas, pisang di teras pun diambil. Dia keluar tiap Subuh. Semua warga uda pada tahu. Uda rahasia umum."
"Lho, kenapa ga ada sanksi sosial, Bu? Warga sini tetap baik sama dia tuh saya lihat. Kayak ga ada apa-apa. Kalau kayak gitu terus, si A kan mikir klo ga ada orang tau kelakuannya."
---
Kemudian saya ke rumah Pak RT. Awalnya saya minta maaf karena langsung lapor Polisi tanpa diskusi dengan RT. Bu RT paham. Lagi-lagi..
"Semua warga sudah paham kelakuan Bu A. Tapi tidak ada yang menegur. Mereka pura-pura tidak tahu."
"Enak banget dong si A, Bu. Ngerasa di atas angin."
"Ya begitulah memang. Warga sini sudah pada sepuh, sudah malas ngurusin masalah, Mba."
=====
Sudah dua tahun sejak hari itu. Si A tidak pernah lagi berulah. Pada rumah saya. Pada saya. Sepertinya kapok. Saya tetap anggap dia tak ada. Saya tak pernah menengok ke arahnya. Biarlah dia jadi makhluk tak kasat mata. Bagi saya. Dan keluarga.
===
Fakta dan kesaksian warga:
1. Kejadian pot tanaman saya dijatuhkan. Di malam saat mertua datang. Mereka turunkan oleh-oleh dan sepeda. Kami pun pergi lagi untuk makan malam. Cuma 30 menit. Ketika kembali, pot sudah ambyar. Pecah. Ternyata pasien pijit bayi (sebelah rumah buka pijit bayi - kita sebut 'Tetangga B') lihat si A dorong pot itu. Sesaat setelah kami pergi.
2. Daging di dalam tandon adalah daging sapi. Yang dia ambil dari rumah tetangga B. Yang ada acara Ngunduh Mantu. Sehari setelah acara, saksi melihat si A membuka pagar rumah saya. Subuh-Subuh.
===
Apakah drama yang diprakarsai si A berhenti total? Oh jangan harap. Sekarang dia punya target baru. Tetangga B. Yang rumahnha samping rumah. Persis. Tetangga B ini lah yang dulu kasih makan si A sekeluarga. 'Kasih makan' dalam arti sebenarnya. Setiap hari. Dikirimin makanan komplit. Untuk 3x makan. Si A sekeluarga. Karena kasihan. Tapi kemudian si A ketahuan. Ketika tetangga ini Ngunduh Mantu, stok makanan berkurang. Tamu undangan banyak tak kebagian. Padahal sudah dihitung. Sesuai tamu undangan. Dan dilebihkan. Snack tradisional hilang 2 tampah, air mineral hilang 2 kardus, dan lainnya. Ketika ketahuan. Si A dan suaminya marah. Tersangka lebih ngotot daripada korban. Dari situlah drama dimulai. Si A mulai nyindir dan merusak barang tetangga B.
Salah satu contohnya, pot tanaman ini dibuang ke jurang. Siapa pelakunya? Semua orang sudah paham.
Pot Bunga |
=====
Cara laporkan tetangga rese ke Binmas:
1. Kumpulkan bukti. Atau cerita. Atau saksi.
2. Lapor RT.
3. Lapor Polsek.
No comments:
Post a Comment